Selasa, 21 April 2009

Kesuksesan Belum Tentu Mendatangkan Kebahagiaan


Di zaman sekarang ini banyak orang sukses tapi tidak bahagia. Sukses karier, pangkat dan jabatan naik, tapi darah tetap naik, bisnis sukses dagangan maju, keuntungan berlipat ganda tapi tamak, rakus dan kikir semakin menjadi-jadi. Rumah besar dan mewah, perlengkapan rumah tangga serba luxs dan canggih tapi justeru semakin tidak betah di rumah.

Diera modern sekarang ini banyak manusia yang stress, shock, kaget, bingung, karena sedang terjadi persaingan yang tajam dalam mengejar materi, pangkat dan jabatan, tapi tidak diimbangi dengan aspek spiritual akhirnya banyak orang yang mengambil jalan pintas bunuh diri ambil contoh “ Elvis Presley” siraja rock dari AS adalah contoh manusia yang sukses dalam karier popularitasnya melebihi presidennya sendiri, namun hidupnya dilanda keresahan yang amat sangat, ia punya ketergantungan kepada obat penenang, sampai akhirnya mengkomsumsi secara over dosis, akibatnya mati . Keresahan inipun melanda sang mega bintang Michael Jackson, bintang lapangan Diego Armando Maradona dan banyak para bintang yang lainnya bisa jadi nasib mereka akan seperti Elvis, inilah contoh kecil dari sekian banyak manusia modern yang mengalami keresahan ditengah keberhasilannya meraih materi, Bila ditanya apa penyebab petaka manusia semacam ini ?

Yang pertama ; Manusia menilai bahwa kepuasan, kesenangan dan kebahagian hidup terletak dalam keberhasilanya mengumpulkan materi. Materi telah menjadi tujuan hidup manusia bahkan tidak sedikit manusia yang mendewakan atau menuhankan materi, materi adalah segala-galanya inilah gaya hidup matrealistik yang sebenarnya akan menjatuhkan nilai dan matabat manusia itu sendiri.
Rasulullah SAW memberikan gambaran masa depan umat “akan datang suatu masa nasib umat Islam laksana buih ditengah lautan yang diombang-ambingkan gelombang, para sahabat bertanya ‘ya Rasulullah ; apakah nanti jumlah umat Islam sedikit ? , Rasullah berkata ; tidak pada saat nanti umat Islam jumlahnya banyak, tetapi terjangkit penyakit wahan’ jawab Nabi Saw. Para sahabat kembali bertanya ; “Apa itu penyakit Wahan ? “Rasulullah menjawab “Hubbuddunya Wakarohiyatul Maut (Cinta (rakus) dunia dan takut mati). Islam tidak melarang menjadi orang kaya, sebab kekayaan sangat diperlukan dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat, bahkan dalam perjuangan Islam memerlukan dana. Sebaliknya Islam mengecam kemiskinan Rasulullah mengingatkan kita ; “Kazalfaqru ayakunakufron “ artinya ; Kepakiran (Kemiskinan) dapat menyeret manusia pada kekufuran.
Yang dilarang Islam adalah menjadikan materi sebagai tujuan hidup manusia,sehingga akibatnya manusia menghalalkan segala cara termasuk yang dilarang agama yang pernting mendapatkan materi. Islam menganjurkan agar harta dijadikan alat untuk berjuang dan mengabdi kepada Allah SWT, Siti Khodijah, Abu Bakar, Umar, Utsman, Abdurahman bin Auf Dll, adalah orang kaya yang kekayaannya dijadikan alat untuk berjuang dijalan Allah SWT.

Kedua, Yang menyebabkan manusia mengalami keresahan ditengah keberhasilannya meraih materi, karena manusia semakin jauh dari Allah SWT, karena beranggapan bahwa materi dapat memberikan jaminan kebahagiaan, materi dikejar dengan segala daya dan pengorbanan yang luar biasa, sementara Allah SWT sang pemberi rejeki justeru dilupakannya, maka apa yang diperolehnya justru semakin menjauhkan manusia dari kebahagiaan hidup, sebab kebahagiaan sejati akan diperoleh pada saat manusia dekat dengan Allah SWT.
Bila manusia merasa bahagia pada saat memperoleh materi atau saat berdekatan dengan sang doi (kekasih), maka kebahagian tersebut hanya bersifat nisbi/relatif dan sementara. Tetapi adapun orang yang dekat kepada Allah, maka dia memperoleh ketentraman dan kebahagiaan yang sesungguhnya (kebahagian hakiki).
Ini adalah bukti kebenaran Firman Allah SWT.
“Alladziina amanu awtathmainaquluubuhum bidzikrilahi tathmaianulquluub
Artinya : Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram (QS. Ar-Ra’d:28)
Al-Qur’an dan Hadis diturunkan kepada manusia untuk menjadi pedoman hidup yang memberikan bimbingan serta ajaran untuk selalu berorientasi kepada Allah SWT. Ini terangkum dalam kalimat dzikrullah :”La Ilaha Illah” yang tadi sama-sama kita baca didalam tuntunan fateha dan tahlil, yang semuanya tertuju pada Allah semata, karena hakekat diciptakannya manusia adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT sebagaimana tersirat didalam Al-Qur’an surah Al-Dzariat ayat 56
“Wama kholaktuljinna wal insa illa liya’budun”
Artinya : ’Tidak ku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku”
Maka sudah jelas bahwa tujuan hidup manusia hanyalah untuk beribadah kepada Allah SWT semata. Maka itu kita harus memperbaiki dan meluruskan tujuan/orientasi hidup kita yang keliru. Harta yang kita miliki, Jabatan yang kita raih, pangkat yang kita peroleh semuanya pada hakekatnya adalah titipan dari Allah SWT. Semuanya adalah sebagai alat untuk mengabdi kepada-Nya, Rasuullah yang Mulia adalah contoh seorang pemimpin yang sangat dicintai umatnya, contoh seorang suami yang menjadi kebanggaan keluarganya, contoh seorang pengusaha yang dititipi dunia tapi tak diperbudak oleh dunia karena beliau adalah orang yang sangat terpelihara hatinya dari silaunya dunia. Tidak ada cinta terhadap dunia kecuali cinta terhadap Allah. Kalaupun ada cinta pada dunia, itupun hakikatnya adalah cinta karena Allah jua. Inilah salah satu rahasia sukses Rasulullah.
Apa yang dimaksud dengan dunia ? Firman-Nya “Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan ......dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Al Hadid : 20)
Dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah. Misalnya shalat, shaum atau sedekah tetap dikatakan urusan dunia jika niatnya ingin dipuji makhluk hingga hati lalai terhadap Allah. Sebaliknya, orang yang sibuk siang malam mencari uang untuk didistribusikan kepada yang memerlukan atau untuk kemaslahatan uamt, bukan untuk kepentingan pribadi, maka ia tak dikatakan lalai terhadap Allah, walau aktivitasnya duniawi. Artinya segala sesuatu yang membuat kita taat kepada Allah, maka hal itu bukanlah urusan dunia.
Bagaimana ciri orang yang cinta dunia ? Jika seseorang mencintai sesuatu, maka dia akan diperbudak oleh apa yang dicintainya. Jika orang sudah cinta dunia, maka akan datang berbagai penyakit hati. Ada yang menjadi sombong,dengki, serakah,iri hati, makin cinta pada dunia, akan makin serakah, bahkan bisa berbuat keji untuk mendapatkan dunia yang diinginkannya. Pikirannya selalu dunia, pontang panting siang malam mengejar dunia untuk kepentingan dirinya.
Ciri lainnya adalah takut kehilangan. Seperti orang bersandar ke kursi, maka akan takut sandarannya diambil. Orang yang bersandar ke pangkat atau kedudukan, maka ia akan takut pangkat atau kedudukannya diambil. Karenya pecinta dunia itu tak pernah bahagia.
Rasullah yang mulia, walau dunia lekat dan mudah baginya, tapi semua itu tak pernah mencuri hatinya. Misalnya, saat pakaian dan kuda terbaiknya ada yang meminta, beliau memberikannya dengan ringan. Beliau juga pernah menyedekahkan kambing satu lembah. Inilah yang membuat beliau tak pernah berpikir untuk berbuat aniaya.
Semua yang ada dilangit dan dibumi adalah titipan Allah semata. Kita tak mempunyai apa-apa. Hidup didunia hanya mampir sebentar saja. Terlahir sebagai bayi, membesar sebentar, menua, dan akhirnya mati. Kemudian terlahir manusia berikutnya. begitu seterusnya.
Bagi orang yang telah sampai pada keyakinan bahwa semuanya titipan Allah dan total milik-Nya, maka tak akan pernah sombong, minder, iri ataupun dengki, bahkan akan selalu siap titipannya diambil oleh pemiliknya karena segala sesuatu dalam kehidupan dunia ini tak ada artinya. Harta,gelar,pangkat, jabatan, dan popularitas tak ada artinya jika tak digunakan di jalan Allah. Yang berarti dalam hidup ini hanyalah amal-amal kita. Karenanya jangan pernah ada atau tiadanya dunia ini meracuni hati kita. Adanya jangan sombong, sedikitnya tak usah minder.Kita harus meyakini bahwa siapapun yang tak pernah berusaha melepaskan dirinya dari kecintaan terhadap dunia, maka akan sengsara hidupnya karena sumber dari segala fitnah dan kesalahan adalah ketika seseorang begitu mencintai dunia. Semoga Allah mengaruniakan pada kita nikmatnya hidup yang tak terbelenggu oleh dunia.

Berprasangka Baik Kepada Allah SWT

BERPRASANGKA BAIK KEPADA ALLAH SWT


Dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini, kita senantiasa dihadapkan pada ujian dan cobaan yang silih berganti, baik ujian itu menyenangkan maupun menyakitkan, baik yang menggembirakan hati, maupun yang menyesakkan hati.

Pendek kata cobaan-cobaan itu pasti akan selalu beriringan menghiasi alam kehidupan kita, Sebagai seorang mukmin kita harus pandai-pandai menyelesaikan masalah demi masalah, dan cobaan demi cobaan dan jangan sekali-kali kita berputus asa dalam menghadapi problematika kehidupan karena tidak semata-mata Allah memberikan ujian kepada orang beriman, kecuali ada hikmah dibalik cobaan itu.
Firman Allah SWT :
“Dan janganlah kamu (sekali-kali) berputus asa dari rahmat Allah” (Surat Yusup : 87)

Tidak Boleh ada satu celahpun dalam hati kita untuk berprasangka buruk kepada Allah SWT, dalam menghadapi cobaan hidup yang penuh dengan penderitaan. Dalam setiap masalah yang kita hadapi kita harus dapat hayati, bahwa Allah SWT akan selalu memberikan yang terbaik untuk kita dan Allah tidak akan pernah untuk menganiaya hambaNya, kecuali dengan cobaan yang dapat hambanya hadapi.
Firman Allah SWT :
“Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya, dia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya, dia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya.” (Al-Baqoroh : 286 )

Dalam pengakuan keimanan kepada Allah SWT, kita tidak cukup hanya dengan mengucapkan “Aku beriman kepada Allah”. Akan tetapi Allah akan membuktikan pengakuan keimanan kita tersebut melalui cobaan-cobaan hidup, Firman Allah SWT :
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja, dengan mengatakan : “kami telah beriman”, padahal mereka belum lagi mendapatkan cobaan?”

Semakin berat cobaan-cobaan hidup yang kita hadapi, maka semakin tinggilah derajat keimanan disisi Allah SWT, dan bila kita mampu menyikapi ujian demi ujian dengan kesabaran, maka kita akan mendapatkan ganjaran pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Firman Allah SWT :
“Dan sungguh akan kami berikan ujian kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta benda, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah kabar gembira terhadap orang-orang yang sabar (dalam menerima ujian) “Al-Baqoroh : 155.

Untuk lebih mengahayati dan meyakini, bahwa setiap ujian itu ada nikmat dan hikmah yang terkandung didalamnya, akan saya berikan contoh sederhana :
Alkisah ada dua orang kakak beradik penjual tape, yang berangkat dari rumahnya di sebuah dusun pada pagi hari seusai shalat shubuh, di tengah pematang sawah tiba-tiba pikulan sang kakak berderak patah, pikulan di sebelah kiri masuk ke sawah dan yang di sebelah kanan masuk ke kolam. Betapa kaget, sedih, kesal dan merasa sangat sial, jualan belum, untung belum bahkan modalpun habis terbenam, dengan penuh kemurungan mereka kembali ke rumah. Tapi dua jam kemudian datang berita yang mengejutkan, ternyata kendaraan yang biasa ditumpangi para pedagang tape terkena musibah sehingga seluruh penumpangnya cedera bahkan diantaranya ada yang cedera berat, satu-satunya diantara kelompok pedagang yang senantiasa menggunakan angkutan tersebut yang selamat hanyalah dirinya, yang tidak jadi berjualan karena pikulannya patah. Subhanalloh, dua jam sebelumnya patah pikulan dianggap kesialan besar, dua jam kemudian patah pikulan dianggap keberuntungan luar biasa.
Oleh karena itu "fa idzaa azamta fa tawaqqal alalloh" bulatkan tekad, sempurnakan ikhtiar namun hati harus tetap menyerahkan segala keputusan dan kejadian terbaik kepada Allah Swt. Dan siapkan mental kita untuk menerima apapun yang terbaik menurut ilmu Allah Swt.Allah Swt, berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 216, "Boleh jadi engkau tidak menyukai sesuatu padahal bagi Allah Swt lebih baik bagimu, dan boleh jadi engkau menyukai sesuatu padahal buruk dalam pandangan Allah Swt."

Sebagai catatan, marilah kita jalani hidup kehidupan ini dengan berprasangka baik (Husnuzhon) kepada Allah SWT. Yakinkanlah kepada diri kita, bahwa persoalan hidup yang serumit apapun yang dihadapi, pasti dan pasti Allah SWT akan menolong kita apabila kita selalu berhusnuzhon kepada Allah, karena “husnuzhon adalah kunci syukur kita kepada Allah SWT. Dan terimalah apapun yang telah Allah berikan kepada kita, bagaimanapun keadaan ekonomi kita dan apapun propesi kita, buruh, karyawan, petani,pedagang, pemulung, tukang sapu, dan sebagainya.

Ingatlah, bahwa bila kita menerima dan mensyukuri nikmat yang ada, maka Allah akan senantiasa untuk menambahnya, akan tetapi bila kita mengingkarinya, tidak mau bersyukur kepada_Nya, maka azab Allah akan menimpa diri kita, baik azab dunia berupa kemiskinan dan sebagainya dan lebih-lebih azab di akhirat.

Tanamkanlah dalam hati kita untuk selalu berprasangka baik kepada Allah SWT dan berzikirlah kepada Allah kapanpun dan dimanapun, karena sesungguhnya Allah akan senantiasa menyertai hamba-hamba-Nya yang selalu mengingati-Nya. Sebagaimana Allah berfirman dalam hadist qudsinya :
Artinya : “Allah Azza Wajalla berfirman, sesungguhnya aku ini tergantung daripada sangkaan hamba-ku terhadap-ku, dan aku akan selalu menyertai hambaku, ketika hamba-ku mengingat akan aku “ (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebagai penutup marilah kita abdikan diri kita kepada Allah SWT semaksimal mungkin, dan senantiasa menjalankan apa yang telah diperintahkannya dan meninggalkan apa pun yang dilarang-Nya.Dan Marilah kita jalani kehidupan ini dengan baik dan hati-hati jangan sampai tersesat dari jalan Allah SWT, karena hidup kita hanya sekali dan didunia ini hanyalah tempat singgah sementara. Adapun tujuan kita yang sejati adalah kehidupan di akherat yang kekal abadi dan jangan sampai kita mati dengan membawa penyesalan dan dosa.